Foto · Mei 29, 2025

Yang Tak Pernah Libur : Potret Ketahanan Profesi di Hari Buruh

Sekumpulan aparat polisi yang mengawasi lokasi demo Hari Buruh
Seorang pedagang yang sedang membasuh keringatnya.

Bandung (1/5/25) – Tepat kamis 1 Mei 2025 adalah Hari Buruh, Saat di mana Taman Cikapayang, di Kota Bandung dipenuhi oleh para buruh yang berdemonstrasi. Spanduk dikibarkan, yel-yel diteriakkan, dan langit cerah dengan cuaca yang panas menyengat tidak menghalangi semangat para buruh memperjuangkan haknya. Di tengah gemuruh demonstrasi dan arak-arakan, terdapat sosok-sosok lain yang tak ikut berorasi. Mereka tetap berdiri di trotoar, di balik gerobak, atau berjalan menyusuri kerumunan. Mereka adalah para pekerja tanpa hari libur.


Mereka semua hadir, namun nyaris tak terlihat, tak terdengar, dan tak terdata. Tidak ada spanduk yang mencantumkan nama mereka, tetapi mereka adalah bagian dari denyut ekonomi kota. Mereka juga pekerja, juga buruh, hanya tak punya waktu untuk berhenti dan menuntut.

Pedagang minuman dan pedagang cendol keliling menunggu pembeli di tengah aksi demonstrasi.

Dua gerobak sederhana berdiri berdampingan di sisi Taman Cikapayang. Yang satu menjual minuman dingin dalam botol, air mineral, teh kemasan, dan kopi yang disusun rapi diatas gerobak berwarna biru. Satunya lagi adalah gerobak cendol keliling. Sesekali mereka saling lempar pandang dan saling memberikan senyum tipis. Hal tersebut dapat dikatakan sebagai sebuah solidaritas diam antara sesama pencari nafkah. Para demonstran sesekali berhenti untuk membeli, mengobrol singkat, lalu kembali menyatu dalam lautan suara yel-yel.


Di tengah tuntutan upah layak, jaminan kerja, dan keadilan sosial, mereka tetap berdiri tegak, menjalani peran kecil namun vital, yaitu menghidupi diri sendiri, dan mungkin juga keluarga, tanpa henti. Pedagang-pedagang ini menjadi bagian dari denyut kehidupan yang nyata di lapangan. Mereka tetap bekerja, tetap ada.

Pedagang cendol di tengah aksi Hari Buruh.
Pedagang es kopi keliling di tengah aksi Hari Buruh.
Pedagang kacang rebus yang sedang melayani pembeli di Taman Cikapayang.
Aparat polisi yang mengawas di pinggir trotoar
Taman Cikapayang.

Seorang bapak paruh baya yang merupakan pedagang minuman duduk di hadapan gerobaknya. Kaos oblongnya basah oleh keringat, sebagian karena cuaca, sebagian karena lelah mendorong gerobak sejak pagi. Ia menatap lautan manusia tak jauh darinya, hanya menonton dengan tenang.


“Sekarang mah enggak serusuh dulu,” ucapnya pelan,“Dulu-dulu mah jalan sampai ditutup total, suara demo gede, kadang kita juga takut. Tapi sekarang nggak seramai itu.”

Bapak pedagang minuman keliling.
Bapak pedagang minuman keliling.

Ia juga mengatakan bahwa hanya hari ini para pedagang menempati trotoar taman, karena di hari biasa, kawasan tersebut masuk ke dalam zona merah di mana aktivitas berdagang tidak diperbolehkan. “Bapak biasanya jualan di seberang sana”, tuturnya seraya menunjuk ke arah seberang jalan.