Foto · Mei 29, 2025

Solidaritas Buruh Jawa Barat Menyala di Hari Buruh

Kedatangan massa buruh di Taman Cikapayang.

Bandung (1/5/25) – Taman Cikapayang, Kota Bandung, menjadi titik kumpul solidaritas buruh dari berbagai sektor dalam peringatan Hari Buruh Internasional atau May Day, Kamis, 1 Mei 2025. Di balik sorak orasi, ratusan buruh bersatu menyuarakan keresahan mereka terhadap arah kebijakan negara yang dianggap kian menjauh dari kepentingan kelas pekerja. Aliansi Buruh Bandung Raya (ABBR), sebagai wadah yang menaungi sejumlah organisasi buruh di Jawa Barat seperti Serikat Buruh Garuda (SBG), Konfederasi Serikat Nasional (KSN), dan Serikat Buruh Militan (SEBUMI), menjadi motor penggerak aksi tersebut.

Buruh mengibarkan bendera SBG saat Aksi MayDay.

Salah satu buruh membentangkan bendera dari Serikat Buruh Garuda (SBG) sebagai identitas.

Isu utama yang diangkat kali ini adalah penolakan terhadap revisi Undang-Undang Tentara Nasional Indonesia (UU TNI), terutama Pasal 7 yang membuka peluang keterlibatan militer dalam urusan sipil, termasuk ketenagakerjaan. “Kami melihat adanya ancaman langsung terhadap kebebasan sipil, termasuk hak buruh untuk bersuara dan berorganisasi. Militer tidak boleh masuk dalam ranah sipil,” ujar Altaf, Humas ABBR, saat orasi ditengah aksi.

Aliansi Buruh Bandung Raya melakukan aksi demo di depan Taman Cikapayang.

Altaf selaku HUMAS ABBR sedang orasi di depan para buruh.

Altaf menambahkan bahwa sejarah kelam seperti kasus Marsinah harus menjadi pengingat penting. “Kita masih trauma. Seorang buruh perempuan dibunuh karena membela hak-haknya. Ini bukan hanya soal sejarah, tapi potensi ancaman nyata jika ruang sipil terus ditekan,” tegasnya.

Di sisi lain, organisasi buruh seperti SBG dan KSN menyoroti kondisi buruh hari ini yang semakin tak pasti. Banyak pekerja, terutama di sektor informal dan industri kreatif, bekerja tanpa kontrak yang jelas, tanpa jaminan sosial, dan menghadapi jam kerja yang eksploitatif. “Kita ingin negara hadir bukan hanya dengan janji pertumbuhan ekonomi, tapi dengan perlindungan nyata terhadap buruh,” ujar Rani, perwakilan KSN.

Para buruh menyampaikan aspirasinya di depan Taman Cikapayang.

Potret buruh tetap berdiri tegak saat cuaca panas terik.

SEBUMI turut mengangkat isu pekerja rumah tangga yang hingga kini belum mendapatkan perlindungan hukum yang layak. “Kami mendesak pengesahan RUU Perlindungan Pekerja Rumah Tangga. Mereka juga buruh. Mereka juga layak mendapat pengakuan dan perlindungan,” ucap Dani, koordinator lapangan dari SEBUMI. Aksi ini bukan hanya tentang penolakan, tapi juga tawaran alternatif. ABBR dan seluruh organisasi yang tergabung di dalamnya mendorong agenda reformasi agraria sejati dan industrialisasi nasional sebagai solusi jangka panjang atas krisis ketenagakerjaan.

Pesan dari aksi ini jelas, buruh menuntut perubahan nyata. Di tengah modernisasi dan digitalisasi ekonomi, para buruh Jawa Barat menegaskan bahwa hak dasar manusia tidak boleh dikorbankan. “Negara jangan berpihak pada modal, tapi berpihaklah pada manusia,” tutup Altaf.